Senin, 26 Desember 2011

Would You?


Barangkali aku tak pernah lupa untuk tahu bagaimana aroma tubuhmu melekat pada mantel merahku yang selalu kau suka saat tubuhku terbalut olehnya. Kau bilang kau selalu cemburu pada mantel merah ini karena ia bisa memeluku saat tubuhku terasa dingin.

Kala itu kau bertanya, “adakah wujudku bisa menjelma menjadi mantel merah ini saat kau sakit dan disaat aku jauh?”

Imajiku berusaha mencerna maksud dari gurauanmu, aku diam.

Kau tak perlu menjadi mantel merah ini untuk dapat menghangatkan aku.

Lalu asa yang bergelora menjadi cita tetiba meluncur begitu saja dari katup mulutku, “bagaimana jika kau menjadi suamiku saja agar kau tak perlu cemburu hati pada mantel ini dan kau bebas memelukku, bahkan tak hanya pada saat dingin menyergap”.

Would you?