Rabu, 29 Desember 2010

Indonesia: Harap-harap Cemas

hohowww.... hari ini tanggal 29 Desember 2011 dan itu artinya hari ini negara kita tercinta Indonesia raya lagi harap-harap cemas nunggu pertandingan piala AFF antara Indonesia vs Malaysia. Kalau nengok ke pertandingan final pertama yang berlangsung di stadion Bukit Jalil, Malysia, kan suporter Malaysia maing curang tuh pake laser sama petasan dan otomatis itu emang sebuah kecurangan dan tindakan tidak sportifitas. Hmm.. sekarang pikir deh, kayanya Indonesia mesti H2C juga nih masalah yang satu ini. Kenapa? Hey, menurut saya suporter Indonesia tuh ga kalah nyeremin loh, kemaren aja waktu antre tiket sampe ricuh, senayan juga diobrak-abrik gara-gara tauran.

Jadi intinya sih, "plis guys jaga sikap ya hari ini biar ga malu-maluin kaya si tetangga sebelah!!!"

Go Indonesia!!

Selasa, 28 Desember 2010

Je-a-aja-en-ja-iji

Huampp... brrr! Jam di laptop saya memberi tanda pukul 21.31 dan saya mulai sedikit mengantuk. Taapi tiba-tiba saya kepikiran tentang masalah janji. Ya, janji. Sudah menjadi sebuah kewajiban kalau yang namanya janji itu harus ditepati. Yang namanya janji itu persetujuan, ya bisa dibilang komitmen. J-A-N-J-I banyak lagu dan pepatah yang bilang 'kalau bilang janji itu gampang tapi butuh kemampuan yang cukup ‘luar biasa’ untuk bisa nepatin janji' karena untuk menepati sebuah janji pasti banyak godaanya, contohnya kasus berikut:

Si A bilang sama B kalau nanti kucing punya si A mau diurus sama si B dan dengan beberapa syarat akhirnya si B pun menyanggupi. Selang beberapa hari (bulan) kemudian si A bilang kalau kucingnya itu nanti siapa yang ngurus ya? Dan ini bukan sebbuah gejala amnesia akut atau lupa sejenak, ini sebuah kesengajaan. Jelas B kesel, karena omongan si A ke si B waktu itu serasa ga dianggap. Kesimpulannya: A ingkar janji.

Pepatah sey sey: janji adalah sebuah hutang. Kalau janji ga ditepatin berarti akan terjadi sebuah hutang. Janji yang ga ditepatin otomatis si penderita yang diingkari janjinya itu dongkol dong? Kesel dong? Intinya sih ga usah ngomong dan ga usah ngejanjiin kalau emang ga bisa nepatin. Jadi untuk pemirsa yang budiman, berhati-hatilah dengan omongan, khususnya janji, karena janji yang tidak ditepati itu bisa menyebabkan perselisihan dan hilangnya rasa kepercayaan. Dan bahaya loh kalau kepercayaan dari seseorang itu hilang. Salah satu hal terpenting dalam hidup kita ini adalah: kepercayaan.

Ingkar janji juga bsia termasuk sifat orang munafik loh, masih inget dengan ciri-ciri orang munafik? Sekedar mengingatkan, ciri orang munafik itu ada tiga: (1) apabila ia berkata ia dusta, (2) apabila berjanji ia ingkar dan (3) apabila diberi amanat ia khianat. See? Poin kedua dapat kita serap dengan jelas.

Seribu Rupiah


Ini cerita tentang ade saya yang pagi-pagi buta udah bikin ‘euurrrgghh’!!

Sekitar jam setengah tujuh pagi, saya dipanggil sama sang babeh untuk ngambil ember merah yang udah dari semalem menclok disisamping kamar saya. Berhubung lagi males, timbullah ide mempekerjakan si ade sebagai asisten dadakan saya. Sambil nonton spongebob yang saat itu adegannya Cuma pake kolor doing, saya pun bilang “de, itu ember merah yang disamping pintu kamar teteh pang ke bawahin, nanti ama teteh dikasih duit sarebu”, padahal tadinya udah bilang gitru, didalam hati saya bilang “tapi bohong”. Eeeeh belum juga tamat ngomong si ade udah ngacem “awas tah kalo bohong!!”. Ehm.. feeling saya ga enak!

Pas si ade udah naik ke atas (lantai dua) dia langsung nagih dan saya dengan watadosnya saya masuk kamar, kunci pintu dan bilang

“da bohong yey!”, glek! Nelen ludah dan perasaan ga enak pun datang tanpa diundang.

Tanpa aba-aba si ade nangis sambil teriak-teriak, dari pijakan kakinya sih kayanya lari-lari kesana-kemari ga jelas dan ngomong ga jelas, dan buku-buku yang tadi saya sengaja taro dimeja resmi sudah dilepar-lempar si kecil. Mama sama babeh saya jelas marahin saya karena keisengan saya ini,

“meriiiiiiiiiiiin masih pagi udah bikin budak ceurik”.

Baiklah. Saya pun keluar kamar dan bilang “entar aja pulang sekolah ade, da sekarang mah ga ada uang serebuan”.

Taaaraaaaaaaaaaaaam... nangis si ade pun makin menjadi-jadi. Mama saya ambil tindakan. “merin turun!”.

Sambil ngubek-ngubek saku celananya mama ngasihin uang seribu “nih kasihin ke ade kamu, da kamu mah cari gara-gara aja pagi-pagi teh. Tau si ade mah cengeng!”.

Huh lega akhirnya ada juga duitnya, kaki saya pun langusng nyamperin si ade yang masih meronta-ronta di lantai minta dikasih uang seribu yang udah kaya cacing kepanasan. “nih de uangnya! Udah tong nangis deui”.

Sambil sesegukan dan posisi yang masih ngamuk-ngamuk, tanpa diduga tanpa disangka si bocah bilang gini “gamau ini mah uang mama, bukan uang teteh! Ade ma pengen uang dari teteh”

(hening)

Selasa, 14 Desember 2010

19 Tahun yang Lalu :)


SELAMAT ULANG TAHUN YANG KE 19 MERIN =) WISH U ALL THE BEST, SEMOGA SISA USIAMU BERKAH DAN KAMU HARUS LEBIH DEWASA, LEBIH BERGUNA, LEBIH TANGGEP DAN SATU YANG PENTING, PERBAIKI SOLAT KAMU. TINGKATIN IMAN DAN TAKWA KAMU. Start a better life :’)

Alhamdulillah wa syukurillah. Seneng deh hari ini ulang tahun yg ke 19. Sebenernya bukan tambah umur sih, tapi berkurang jatah umur. Ga penting juga ulang tahun ini, setiap saat manusia bisa bilang “ini ulang tahun saya” ya, ulang tahun Cuma bertepatan dengan hari melihatnya dunia.

19 tahun yang lalu, Allah mengijinkan merin melihat dunia. Merin bicara sama mama lewat suara yang masih sebatas tangisan. 19 tahun yang lalu juga merin dikasih kesempatan sama Allah untuk kenal mama, kenal bapak. Meski ga tau persis gimana ‘brojolnya’, Merin tau, saat itu “merin kecil” pasti sangat sangat dan sangat bahagia. Merin diberi hidup, Merin diberi nafas, Merin melihat dunia, Merin bertemu dengan kedua malaikat pelindung Merin. Kedua malaikat itu begitu sukacita melihat makhluk mungil yang terlahir secara normal dari rahim sang mama. Saat itu resmi sudah Merin menjadi anak perempuan mereka yang kedua.

19 tahun yang lalu, di kota Samarinda, disebuah rumah bersalin, Merin menangis. Tangisan tanda takjub. Dikota itu ada sebuah sejarah. Sejarah pengorbanan ibuku dengan pertaruhan jiwa dan raganya. Ia menahan sakit, menahan lelah, ia membawaku kemana-mana tanpa mengeluh, ia mendoakanku setiap saat sambil mengelusi dinding yang membatasi kami. Dinding rahim. 19 tahun yang lalu ayah bicara denganku lewat dinding itu. Menanti kehadiranku. Menanyakan kabarku, aku hanya balas pertanyaan itu dengan gerakan lembut. Dan akhirnya dnegan ridho dan kekuasaan Allah, 14 Desember 1991 pukul 21.08 lahirlah seorang bayi perempuan, dengan nama Merinda Solikhah. Aku.

Ya, Merinda Solikhah. Nama dengan sebuah filosofi kota Kelahiran dan harapan. Simpulan dari namaku: anak perempuan yang lahir di kota Samarinda dan semoga kelak menjadi anak yang solehah (amin). Mah, Pak... maafin Merin kalau merin sering nyusahin kalian. Tapi kalian selalu dan tetap berjuang untuk menghidupi Merin, bekerja sama untuk menghidupi keluarga. Dengan keringat dan darah kalian. Sebuah penghormatan dan terimakasih rasanya sangat jauh dari cukup untuk membalas 19 tahun yang pernah kalian berikan untukku. Maafkan anakmu ini bila belum sempat menjadi Merinda yang Solikhah. Doakan Merin selalu agar Merin bisa membawa nama ‘solikhah’ ini menjadi sebuah perwujudan dalam hidup anak perempuanmu ini. Kasih sayang dan semangat kalian selalu menjadi penawar bagi keluh dan kesahku. Ya Allah, jagalah mereka dimanapun mereka berada. Limpahkanlah selalu kesehatan lahir dan batin bagi keduanya. Jadikanlah keduanya calon penghuni surga-surga Mu. Muliakanlah keduanya dunia dan akhirat. Dan jadikanlah keluarga ini keluarga di dunia dan akhirat kelak. Amin.

Sabtu, 11 Desember 2010

Pikiran, Hati dan Perilaku

Pikiran yang tidak bersih,
menjauhkan ide dan inspirasi baik.

Hati yang gemar keburukan,
menjauhkan kedamaian dan ilham.

Perilaku yang tidak lurus,
menjauhkan penilaian baik.

Sehingga,

Pikiran, hati, dan perilaku
yang tidak baik
adalah pelemah kehidupan
dan pembatal kebahagiaan.

Dan yang ini dijamin oleh Tuhan:

Pikiran, hati, dan perilaku yang baik
adalah pemantas bagi dikabulkannya semua doa.

Mario Teguh

Selasa, 07 Desember 2010

Malas

Kita tidak mungkin
berlaku malas untuk satu hal,
tanpa menjadi rajin untuk hal yang lain.

Itu sebabnya,
orang yang malas belajar,
sebetulnya rajin melambankan
dan menumpulkan pikirannya sendiri.

Itu juga sebabnya,
orang yang malas bekerja,
sebetulnya rajin membesarkan
keterpaksaan untuk berhutang
atau meminta-minta.

Marilah kita meminta perlindungan Tuhan,
agar kita tidak menganiaya diri kita sendiri.