Senin, 20 Agustus 2012

Pangeran Castangle, Putri Nastaria dan Sayembara La’Lebaran

Suatu hari disebuah kerajaan La’Lebaran, hiduplah seorang ibu dan anak perempuannya yang bernama Isti. Berhubung kerajaan La’Lebaran akan menyambut hari agung, maka dibuatlah sayembara pembuatan kue untuk ratu Merindush yang sangat suka dengan kue kering dan ia menjanjikan hadiah sebuah spatula cantik yang terbuat dari emas.

 Akhirnya Isti dan ibunya memutuskan untuk membuat beberapa jenis kue untuk penganan menyambut hari agung tersebut. Atas kesunguhan dan kebulatan tekad, Isti dan ibunya itu pun akhirnya membuka kembali sebuah buku resep sakti bernama ‘kitab kirakira’. Dan dengan berpedoman pada kitab kira-kira itulah, Isti dan ibunya pun berbelanja ke pasar untuk membeli bahan-bahan kue, seperti keju, nanas, telur, terigu, gula dan lain-lain.

Isti dan ibunya sangat menikmati proses pembuatan kue, dari mulai mengaduk adonan hingga mencetak adonan menjadi sebuah kue. Keceriaan dan keakraban terpancar dari wajah keduanya. Mereka saling membagi cerita hingga gelak tawa pun tak dapat terelakan. Singkat cerita, Isti dan ibunya selelesai membuat dua buah kue: kue castangle dan kue nastar. Hingga akhirnya kue tersebut disimpan berjajar didalam toples yang transparan.

Tak disangka-sangka, dengan keajaiban resep dari kitab kirakira, tanpa Isti dan ibunya sadari ternyata kue-kue itu kini menjadi hidup. Kue castangle dalam toples tersebut menjelma menjadi sekelompok prajurit kue castangle dengan dipimpin oleh seeorang pangeran castangle yang sangat rupawan. Di toples sebelahnya pun demikian, toples-toples itu berubah menjadi sekelompok kue-kue manis dan yang termanis didalam toples itu bernama Putri Nastaria.

Karena letak toples yang bersebelahan dan transparan, kue-kue itu selalu berinteraksi tanpa diketahui oleh siapapun. Mereka hidup. Mereka saling mengagumi satu sama lain, sampai bertemulah pangeran Castangle dan Putri Nastaria.

Pangeran Castangle sangat mengumi bentuk putri Nastaria yang bulat-bulat imut, sedangkan Putri Nastaria mengagumi kemungilan bentuk pangeran Castangle. Bila malam tiba, pangeran Castangle dan Putri Nastaria sering keluar dari tempat toples transparan. Mengitari rumah dan saling berkejaran, mereka tampak sangat bahagia. Karena kebersamaan setiap malam yang selalu mereka lalui tersebut, mereka pun jatuh cinta. Bila siang hari tiba, mereka hanya bisa saling berpandangan dari balik kaca toples yang transparan.  

***
Di siang yang cukup terik, Isni tersadar akan hari pengumpulan sayembara kue la’lebaran yang sudah tinggal satu hari lagi. Ia pun segera memberi tahu ibunya untuk selalu memantau bentuk kue-kue buatannya, memastikan apakah bentuk kue rusak atau tidak. Isni dan ibunya pun sudah mulai berencana akan mengumpulkan toples-toples kue itu pada awak kerajaan La’Lebaran esok hari.

Mendengar percakapan antara Isni dan ibunya, pangeran Castangle dan putri Nastaria kanget bukan kepalang. Besok mereka akan dikumpulkan pada awak kerajaan untuk dimakan oleh ratu Merindush. Pangeran Castangle dan putri Nastaria mulai khawatir. Didalam tolpes, keduanya saling menatap nanar dan khawatir akan nasib mereka selanjtnya. Pangeran Castangle tidak ingin putri Nastaria masuk kedalam gua mulut ratu Merindush dan mengunyahnya hingga melebur masuk ke kerongkongan, begitupun dengan khayalan Nastria. Membayangkan hal tersebut, pangeran Castangle dan putri Nastaria memutuskan untuk bertemu dimalam hari.

Sayang, menjelang petang, ibu Isni menyolatip tolpes yang berisikan kue Cangtangle dan kue Nastar. Pangeran Castangle dan putri Nastaria semakin waswas tidak akan bisa bermain dan berjalan bersama lagi dengan Nastaria. Mereka takut kehilangan satu sama lain. Mereka galau. Bagaimanakah nasib mereka esok hari? Akankah mereka bertemu kembali setelah sayembara tersebut?

***
Hari agung yang ditunggu pun tiba. Isni dan Ibunya pergi menuju istana La’Lebaran sembari membawa dua buah tolpes transparan yang berisikan kue castangle dan nastar. Hati Isni dan ibunya berdetak begitu kencang, begitupun dua buah kue didalamnya; Castangle dan Nastaria. Dari balik tolpes, keduanya saling melambaikan tangan dan memberi isyarat pertanda saling menguatkan. Setibanya di istana La’Lebaran, Isni dan Ibunya langsung menyerahkan kedua toples tersebut pada awak istana. Mereka menunggu di aula Barat untuk menyaksikan ratu Merindush melaksanakan hobinya; makan kue.

Setelah menunggu sekitar dua jam, akhirnya acara penjurian sayembara kue pun dibuka oleh ratu Merindush. Ia mulai mencicipi satu persatu kue yang mengikuti sayembara. Pangeran Castangle dan putri Nastaria pun berdoa agar keduanya tidak menjadi target untuk menjadi kudapan. Perlahan tapi pasti, ratu Merindush pun sudah mencicipi masing-masing toples para peserta sayembara La’Lebaran dan kini ia mulai tertarik dengan toples kue yang bertuliskan ‘Isni dan ibu’. Tanpa ba-bi-bu lagi, ratu Merindush yang sangat menggilai makan kue ini langsung membuka solatip yang merekati tolpes milik Isni dan ibunya tersebut. Tangan Isni dan Ibunya mulai dibanjiri keringat dan perasaan Castangle dan Nastaria makin tak karuan.

Ratu Merindush mulai mengambil sebutir kue nastar, satu teman Castangle Nastaria berhasil menjadi kudapan ratu Merindush. Untuk sementara pangeran Castangle dan putri Nastaria aman. Ratu Merindush mengunyahnya dengan seksama, sembari MENGAMATI cita rasa kue buatan Isni dan ibunya tersebut. Dari raut wajah ratu Merindush, terlihat ia sangat menyukai kue nastar dan castangle buatan Isni dan ibunya. Hal tersebut tampak dari ekspresi wajahnya yang sumringah. “Wow, lezat sekali”, katanya. 

Tiba-tiba pandangan ratu Merindush pun tertuju pada dua buah kue pada masing-masing toples milik Isni dan Ibunya, yang tiada lain dan tiada bukan adalah sosok pangeran Castangle dan putri Nastaria. Ia menatap kedua kue itu dengan begitu dalam. Ia merasakan seperti ada sesuatu dengan kedua kue tersebut. Seperti tampak istimewa dan sangat sayang untuk menjadi kudapan. Ratu Merindush pun memisahkan Nastaria dan Castangle kedalam sebuah tempat khusus bewarna putih bersih.

Karena penasaran dengan kue tersebut, ratu Merindush memanggil Isti dan ibunya keatas podium. Isti dan ibunya kaget, mereka bertanya-tanya dalam hati ada apakah gerangan ratu Merindush memanggil mereka keatas podium. Dengan langkah yang tersendat, Isti dan ibunya pun mengampiri ratu Merindush. Dengan kedua toples masih ditangan dan intonasi suara yang tegas Ratu Merindush bertanya, “benarkah kue itu buatan kalian berdua wahai rakyatku?”.

Dengan terbata-bata Isti menjawab pertanyaan ratu Merindush, “benar ratu yang agung, kue ini buatan kami berdua. Kami membuatnya dengan penuh kasih sayang dan keakraban antara seorang ibu dan anak. Kami berdua sangat gemar membuat dan memakan kue ini”.

Ratu Merindush tersenyum, senyum seribu makna. Dan dengan rasa penasaran yang begitu kuat, ia bertanya lagi “kalau boleh tahu, dari mana kalian mendapatkan resep kue selezat ini?”

“kami membuatnya berdasarkan apa yang tertulis dalam kitab kirakira, yang Mulia Ratu Merinduh.” kali ini ibu Isti yang menjawab.

Ada senyum sumringah terpancar dari wajah ratu Merindush “perfecto! Itu adalah kitab resep yang selama ini saya cari. Kue ini sungguh luar biasa lezat. Kue yang dibuat berdasarkan kitab tersebut tidak akan pernah diragukan lagi rasanya.” Pernyataan rau Merindush tersebut membuat Ini dan ibunya merasa sangat bahagia karena kue nya disukai oleh ratu Merindush.

“Oooh lihatlah ini Isti, dua buah kue ini.. aaah aku sangat tertarik. Kue ini seperti memancarkan kebahagiaan dan kasih sayang dan jugaaa seperti hidup. Aku melihatnya seperti berkilauan. Baiklah, aku tetapkan kedua kue nastar dan castangle ini akan diabadikan sebagai mascot kue kerajaan La’Lebaran dan kalian adalah pemenangnya.” Kemudian Ratu Merindush pun menjabat hangat tangan Isti dan Ibunya. Seluruh peserta di aula Barat istana La’Lebaran pun bersorak dan bertepuk tangan dengan riuhnya.

Dalam keriuhan acara tersebut, Ratu Merindush mengambil mic dan menyampaiakan sesuatu.

“sebenarnya resep utama kelezatan kue ini bersumber dari kesungguhan Isti dan ibunya dalam membuat kue. Cinta dan kasih sayang mereka tertuang dalam kedua kue berbahan nanas dan keju ini. Percayalah, segala sesuatu yang dibuat dengan cinta dan kasih sayang, hasilnya tentu akan terasa sangat istimewa” refleks, para rakyat La’Lebaran pun berdiri dan tepuk tanganpun semakin riuh dan membahana.

Pangeran Castangle dan putri Nastaria pun sangat berlega hati dengan pernyataan Ratu Merindush tersebut. Mereka tidak akan menjadi kudapan dan akan selalu tetap bersama karena mereka akan menjadi mascot kerajaan kue La’Lebaran. Mereka akan hidup dalam toples kerajaan. Berdua. Selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar