Mari berkhayal dengan apa yang
akan terjadi 5 tahun mendatang.
Ketika saya berusia 26 tahun.
Mungkin saja kebiasaanku untuk
berleha-leha dipagi hari sudah punah. Tak ada lagi tidur sampai jam delapan. Tidak
ada lagi ketukan suara pintu bertubi-tubi dari bapak untuk membangunkanku saat
subuh menjelang. Tidak ada rutinitas menstel music di handphone dengan volume
kencang sambari bersenandung tak jelas. Tak ada rutinitas mengacak-ngacak
rambut adik perempuanku.
Barangkali lima tahun lagi aku
harus berkejaran dengan matahari ditemani dengan kain pel, sapu ijuk atau
kepulan asap dapur. Meluluhkan debu-debu yang menempel pada tiap lembar kaca
rumah. Membersihkan setiap sudut rumah. Merapihkan
tumpukan kertas dimeja. Menyeka gordin agar cahaya matahari masuk ke rumah. Menyiapkan
mandi pagi untuk suami dan anak. Menanak nasi. Menyiapkan telur dadar, nasi
goreng dan segelas susu hangat.
Lima tahun lagi, mungkin saja akan
ada sebersit senyum teduh dari seorang pria yang akan mengecup keningku dengan
rasa sayang yang amat tulus. Tawa si kecil atau rengekan ingin dibikinkan susu
dalam dot atau sekedar mengajaknya berjemur dibawah hangatnya sinar mentari
pagi. Kelak, lima tahun kedepan akan ada perbincangan didepan beranda rumah
dengan sepasang cangkir teh manis, obrolan dan tawa ringan, juga dua makhluk
titipan Tuhan yang akan dianugrahkan padaku. Yang akan menjadi bagian terbesar
dalam perjalanan hidupku.
Lima tahun lagi mungkin badanku
tak seminim ini lagi. Mungkin saja pinggulku meleber. Mama mungkin tak akan mengomeliku lagi untuk
makan yang banyak. Karena badanku mungkin tak selurus lidi lagi. Oh iya, mungkin
kelak, aku akan mempunyai dua mamah dan dua bapak.
Lima tahun lagi list belanja
bulananku bukan hanya facial foam, sampo atau handbody saja. Didalam catatan
belanjaan akan ada nama baru seperti minyak goreng, gula pasir, bawang, merica,
detergent, pembersih lantai, dan lain-lain. Kebutuhan dapur dan kebersihan
rumah akan sangat lekat denganku. Daftar itu akan menjadi alat perangku
sehari-hari sebagi bentuk pengabdian. Ya, pengabdian.
Lima tahun lagi obrolan dengan
teman-teman bukanlah soal pria tampan atau mode pakaian yang tengah up to date,
melainkan mengenai perkembangan suami ataupun anak. Atau barangkali sedikit
nostalgia tentang masa muda. Waktu akan mempersingkat perbincangan kami.
wanita, harus tahu tanggung jawab dan kewajiban akan keluarganya.
Lima tahun lagi. Setiap harinya, akan
ada punggung tangan yang ku kecup sebagai tanda hormat dan baktiku. Akan ada
telapak tangan yang dengan lembut mengusap ubun-ubun kepalaku. Akan ku dengar
cerita menakjubkan dari pria yang akan menemani hari-hariku. Akan ku dengar
nasihat-nasihat penyejuk batin. Ibadah solat magrib, isya dan subuh akan ada
yang mengimamiku. Memimpinku untuk melafalkan al-fatihah. Menemaniku berdoa
yang selanjutnya akan ku amini dan ku kecup lagi punggung tangannya ketika
solat telah usai.
Lima tahun lagi, entah apa yang
akan terjadi. bukankah setiap detiknya adalah rahasia Sang Maha Kuasa? Manusia hanya
bisa berangan. Angan-angan indah tentulah setiap orang berhak menghayalkannya. Jika
saja penganganan lima tahun kedepan itu adalah sebuah doa, semoga Tuhan dan
malaikat seluruh alam raya mengamini untuk dijadikan kenyataan. Amin.