Selasa, 15 Januari 2013

Mari Berkhayal


Mari berkhayal dengan apa yang akan terjadi 5 tahun mendatang.

Ketika saya berusia 26 tahun.

Mungkin saja kebiasaanku untuk berleha-leha dipagi hari sudah punah. Tak ada lagi tidur sampai jam delapan. Tidak ada lagi ketukan suara pintu bertubi-tubi dari bapak untuk membangunkanku saat subuh menjelang. Tidak ada rutinitas menstel music di handphone dengan volume kencang sambari bersenandung tak jelas. Tak ada rutinitas mengacak-ngacak rambut adik perempuanku.

Barangkali lima tahun lagi aku harus berkejaran dengan matahari ditemani dengan kain pel, sapu ijuk atau kepulan asap dapur. Meluluhkan debu-debu yang menempel pada tiap lembar kaca rumah.  Membersihkan setiap sudut rumah. Merapihkan tumpukan kertas dimeja. Menyeka gordin agar cahaya matahari masuk ke rumah. Menyiapkan mandi pagi untuk suami dan anak. Menanak nasi. Menyiapkan telur dadar, nasi goreng dan segelas susu hangat.

Lima tahun lagi, mungkin saja akan ada sebersit senyum teduh dari seorang pria yang akan mengecup keningku dengan rasa sayang yang amat tulus. Tawa si kecil atau rengekan ingin dibikinkan susu dalam dot atau sekedar mengajaknya berjemur dibawah hangatnya sinar mentari pagi. Kelak, lima tahun kedepan akan ada perbincangan didepan beranda rumah dengan sepasang cangkir teh manis, obrolan dan tawa ringan, juga dua makhluk titipan Tuhan yang akan dianugrahkan padaku. Yang akan menjadi bagian terbesar dalam perjalanan hidupku.

Lima tahun lagi mungkin badanku tak seminim ini lagi. Mungkin saja pinggulku meleber.  Mama mungkin tak akan mengomeliku lagi untuk makan yang banyak. Karena badanku mungkin tak selurus lidi lagi. Oh iya, mungkin kelak, aku akan mempunyai dua mamah dan dua bapak.

Lima tahun lagi list belanja bulananku bukan hanya facial foam, sampo atau handbody saja. Didalam catatan belanjaan akan ada nama baru seperti minyak goreng, gula pasir, bawang, merica, detergent, pembersih lantai, dan lain-lain. Kebutuhan dapur dan kebersihan rumah akan sangat lekat denganku. Daftar itu akan menjadi alat perangku sehari-hari sebagi bentuk pengabdian. Ya, pengabdian.

Lima tahun lagi obrolan dengan teman-teman bukanlah soal pria tampan atau mode pakaian yang tengah up to date, melainkan mengenai perkembangan suami ataupun anak. Atau barangkali sedikit nostalgia tentang masa muda. Waktu akan mempersingkat perbincangan kami. wanita, harus tahu tanggung jawab dan kewajiban akan keluarganya.

Lima tahun lagi. Setiap harinya, akan ada punggung tangan yang ku kecup sebagai tanda hormat dan baktiku. Akan ada telapak tangan yang dengan lembut mengusap ubun-ubun kepalaku. Akan ku dengar cerita menakjubkan dari pria yang akan menemani hari-hariku. Akan ku dengar nasihat-nasihat penyejuk batin. Ibadah solat magrib, isya dan subuh akan ada yang mengimamiku. Memimpinku untuk melafalkan al-fatihah. Menemaniku berdoa yang selanjutnya akan ku amini dan ku kecup lagi punggung tangannya ketika solat telah usai.

Lima tahun lagi, entah apa yang akan terjadi. bukankah setiap detiknya adalah rahasia Sang Maha Kuasa? Manusia hanya bisa berangan. Angan-angan indah tentulah setiap orang berhak menghayalkannya. Jika saja penganganan lima tahun kedepan itu adalah sebuah doa, semoga Tuhan dan malaikat seluruh alam raya mengamini untuk dijadikan kenyataan. Amin. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar