“sebaik-baiknya kalimat doa
adalah ucapan Alhamdulillah…”
Di usia 22 ke atas, biasanya
sebagian besar dari kita sedang berjalan menapaki perjalanan karier, baik yang
sesuai dengan latar belakang pendidikan ataupun malah bersinggungan. Sesuai dengan isi kamus bahasa Indonesia,
karier itu punya arti perkembangan dan kemajuan di kehidupan, pekerjaan,
jabatan, dsb.
Tidak jarang, pasca lulus, kadang
kita sering membandingkan apa yang telah kita capai dengan yang orang lain
capai. Eksistensi karier ini juga di era kekinian ini di dukung dengan adanya
socmed. “oh si ini kerja di sini toh..” dan “oh si itu di situ”. Lalu kita pun
tak jarang menemukan postingan orang yang sudah berhasil mendapatkan prestigenya,
semisal sudah mampu beli rumah atau kendaraan sendiri. Bahkan pula ada yang
suka travelling ke negara ini dan negara itu.
Menurut kacamata saya yang
minusnya makin hari makin nambah ini membandingkan nasib kita sama nasib orang
lain itu terbagi menjadi dua kubu, sisi positif dan negatif.
Sisi positifnya adalah kesuksesan
dan pencapaian orang lain itu bisa bikin kita semangat untuk mengejar ini dan
itu yang sifatnya demi perbaikan diri atau pun nasib kita kedepannya. Terpacu dan
merasa tertantang untuk lebih baik, lebih baik, dan lebih baik lagi.
Kalau sisi negatif, kadang orang
terlalu membandingkan dirinya dengan orang lain yang diukur dengan materi dan
melupakan kalau jalan setiap orang itu berbeda. Si A bisa mendapatkan sesuatu
dengan mudah, sedangkan si B untuk bisa mendapatkan seperti yang A raih harus
dengan kerja keras tiga kali lipat. Misal, untuk bisa beli motor, si pegawai
bank cuma nabung lima bulan saja, sedangkan si pegawai honorer untuk bisa beli
motor harus bisa nabung selama dua tahun.
Konsep gaji ga melulu soal besarnya gaji yang di dapat.
Saya seorang guru honorer yang
gajinya cukup jauh dari UMR kota Bandung. Yaaa, you know lah gaji honorer mah
dari dulu juga ga pernah seberapa dibandingkan dengan kerja kantoran. Bahkan
dari gaji editor kemarin pun hanya setengahnya. Tapi, saya bahagia. Kenapa? Karena
setiap hari saya punya teman-teman; guru di ruang guru dan siswa di setiap
kelas. Teman-teman sejawat pun asik-asik dan banyak yang masih muda. Kebersamaan
yang erat. Atasan yang baik. Banyak libur. Jarak rumah dan sekolah yang cukup
dekat, dan tingkat stress nya pun relatif rendah meskipun masih ada faktor
pemicu, tapi ya yang namanya stress kan tergantung gimana kita menghadapinya. Alhamdulillah.
Everyone have their own way to be
success.
Pernah denger istilah “hasil dari
kerja keras itu tidak akan pernah menghianati”? Ya, yang namanya usaha dengan
bener-bener dan banting tulang kan emang sudah dijamin Tuhan kan ya, asalkan
kita yakin dan percaya kalau usaha kita sudah diiringi doa dan ikhtiar.
Menurut saya sih muara dari
pencapaian ini tuh sangat perlu bermuara kepada dua titik, yaitu syukur dan
bahagia. Tanpa rasa bersyukur dengan apa yang kita miliki dan bahagia dengan
apa yang kita miliki, sesedikit apapun harta yang kita miliki pasti kita akan
happy happy aja. Tapi kalau yang sudah gila pencapaian sih bakalan ngerasa
kurang.
Semoga kita selalu berada dalam
rasa untuk bekerja dengan sebaik-baiknya. Kerja ikhlas,kerja cerdas, dan kerja
tuntas. Berapapun hasilnya, syukuri.
Oh iya, jangan lupa untuk memilih bahagia ya. Stay young, stay happy, and stay foolish :D