Rabu, 01 Oktober 2014

Jangan Lupa Bahagia, Ya!

“sebaik-baiknya kalimat doa adalah ucapan Alhamdulillah…”

Di usia 22 ke atas, biasanya sebagian besar dari kita sedang berjalan menapaki perjalanan karier, baik yang sesuai dengan latar belakang pendidikan ataupun malah bersinggungan. Sesuai dengan isi kamus bahasa Indonesia, karier itu punya arti perkembangan dan kemajuan di kehidupan, pekerjaan, jabatan, dsb.

Tidak jarang, pasca lulus, kadang kita sering membandingkan apa yang telah kita capai dengan yang orang lain capai. Eksistensi karier ini juga di era kekinian ini di dukung dengan adanya socmed. “oh si ini kerja di sini toh..” dan “oh si itu di situ”. Lalu kita pun tak jarang menemukan postingan orang yang sudah berhasil mendapatkan prestigenya, semisal sudah mampu beli rumah atau kendaraan sendiri. Bahkan pula ada yang suka travelling ke negara ini dan negara itu.

Menurut kacamata saya yang minusnya makin hari makin nambah ini membandingkan nasib kita sama nasib orang lain itu terbagi menjadi dua kubu, sisi positif dan negatif.

Sisi positifnya adalah kesuksesan dan pencapaian orang lain itu bisa bikin kita semangat untuk mengejar ini dan itu yang sifatnya demi perbaikan diri atau pun nasib kita kedepannya. Terpacu dan merasa tertantang untuk lebih baik, lebih baik, dan lebih baik lagi.

Kalau sisi negatif, kadang orang terlalu membandingkan dirinya dengan orang lain yang diukur dengan materi dan melupakan kalau jalan setiap orang itu berbeda. Si A bisa mendapatkan sesuatu dengan mudah, sedangkan si B untuk bisa mendapatkan seperti yang A raih harus dengan kerja keras tiga kali lipat. Misal, untuk bisa beli motor, si pegawai bank cuma nabung lima bulan saja, sedangkan si pegawai honorer untuk bisa beli motor harus bisa nabung selama dua tahun.

Konsep gaji ga melulu soal besarnya gaji yang di dapat.

Saya seorang guru honorer yang gajinya cukup jauh dari UMR kota Bandung. Yaaa, you know lah gaji honorer mah dari dulu juga ga pernah seberapa dibandingkan dengan kerja kantoran. Bahkan dari gaji editor kemarin pun hanya setengahnya. Tapi, saya bahagia. Kenapa? Karena setiap hari saya punya teman-teman; guru di ruang guru dan siswa di setiap kelas. Teman-teman sejawat pun asik-asik dan banyak yang masih muda. Kebersamaan yang erat. Atasan yang baik. Banyak libur. Jarak rumah dan sekolah yang cukup dekat, dan tingkat stress nya pun relatif rendah meskipun masih ada faktor pemicu, tapi ya yang namanya stress kan tergantung gimana kita menghadapinya. Alhamdulillah.

Everyone have their own way to be success.

Pernah denger istilah “hasil dari kerja keras itu tidak akan pernah menghianati”? Ya, yang namanya usaha dengan bener-bener dan banting tulang kan emang sudah dijamin Tuhan kan ya, asalkan kita yakin dan percaya kalau usaha kita sudah diiringi doa dan ikhtiar.  

Menurut saya sih muara dari pencapaian ini tuh sangat perlu bermuara kepada dua titik, yaitu syukur dan bahagia. Tanpa rasa bersyukur dengan apa yang kita miliki dan bahagia dengan apa yang kita miliki, sesedikit apapun harta yang kita miliki pasti kita akan happy happy aja. Tapi kalau yang sudah gila pencapaian sih bakalan ngerasa kurang.

Semoga kita selalu berada dalam rasa untuk bekerja dengan sebaik-baiknya. Kerja ikhlas,kerja cerdas, dan kerja tuntas. Berapapun hasilnya, syukuri.

Oh iya, jangan lupa untuk memilih bahagia ya. Stay young, stay happy, and stay foolish :D




Tidak ada komentar:

Posting Komentar