Bapak saya lagi sakit. Dan itu bikin hati saya remuk seremuk-remuknua. Dua hari yg lalu, bapak saya pindah ruangan dari kamar rawat inap biasa ke ruang ICU karena kondisinya yang makin drop. Beliau punya penyakit asma aku sehingga sangat rentan sama udara dingin, terlebih pada aktivitas yang berlebih.
Menyaksikan pemandangan seperti ini, beneran deh saya ga sanggup. Alat-alat medis yang kebelnya banyak itu pasti bikin bapak kesakitan. Pemasangan selang pernafasan dan kateter untuk sistem ekskresi itu bukan main 'sadis' nya. Buat kita yang normal, mungkin bernafas biasa adah bukan hal yang mewah. Tapi buat kondisi bapak sekarang, menghirup dan menghembuskan nafas dengan normal itu jadi sesuatu yang sangat mahal dan berharga. Pengen nafas aja, pas sesek, bapak sampai ga bisa ngomong sampai seluruh badannya merah padam. Maka di itu, bersyukurlah kita yang lagi sehat bisa bernafas normal.
Kalau bapak lagi sakit gini, tetiba kepala saya suka flashback dan inget kejadian-kejadian waktu sama bapak. Hal yang paling saya inget adalah ketika ijab qabul, dimana hal tersebut menjadi moment pemindahan tanggung jawab atas saya dari bapak ke suami saya. Seumur hidup. Kitab suci pun menjelaskannya hingga arsy pun bergetar karenanya.
Dan saya pun teringat, Mei nanti insya Allah saya melahirkan. Artinya, bapak akan punya gelar perdana sebagai kakek. Sebelum nikah pun saya sempet ngebayangin gimana nanti kalau anak sendiri main sama kakeknya. Dituntunin jalan, belajar sesuatu, atau sekedar ngobrol-ngobrol kecil. Perasaan saya jadi merinding sediri plus 'amazed'.
Kepada Allah saya memohon, supaya bapak punya rezeki dan kesempatan untuk bisa main sama cucu-cucunya sambil diteriakin 'kakeeeek...kakeeeek...' Seperti apa yang saya bayangkan.
Hari ini saya sedang menunggu keajaiban dan kemurahan hati Sang Maha Kuasa untuk memberi kekuatan dan kesabaran supaya bapak bisa bangun dari tidur panjangnya selama di ICU.
Pak, Merin sayang bapak. Hayu pulang :')
Tidak ada komentar:
Posting Komentar