Suatu hari disebuah kerajaan La’Lebaran,
hiduplah seorang ibu dan anak perempuannya yang bernama Isti. Berhubung kerajaan
La’Lebaran akan menyambut hari agung, maka dibuatlah sayembara pembuatan kue
untuk ratu Merindush yang sangat suka dengan kue kering dan ia menjanjikan hadiah
sebuah spatula cantik yang terbuat dari emas.
Akhirnya Isti dan ibunya memutuskan untuk membuat beberapa jenis kue untuk penganan menyambut
hari agung tersebut. Atas kesunguhan dan kebulatan tekad, Isti dan ibunya itu
pun akhirnya membuka kembali sebuah buku resep sakti bernama ‘kitab kirakira’.
Dan dengan berpedoman pada kitab kira-kira itulah, Isti dan ibunya pun
berbelanja ke pasar untuk membeli bahan-bahan kue, seperti keju, nanas, telur,
terigu, gula dan lain-lain.
Isti dan ibunya sangat menikmati
proses pembuatan kue, dari mulai mengaduk adonan hingga mencetak adonan menjadi
sebuah kue. Keceriaan dan keakraban terpancar dari wajah keduanya. Mereka
saling membagi cerita hingga gelak tawa pun tak dapat terelakan. Singkat
cerita, Isti dan ibunya selelesai membuat dua buah kue: kue castangle dan kue
nastar. Hingga akhirnya kue tersebut disimpan berjajar didalam toples yang
transparan.
Tak disangka-sangka, dengan
keajaiban resep dari kitab kirakira, tanpa Isti dan ibunya sadari ternyata
kue-kue itu kini menjadi hidup. Kue castangle dalam toples tersebut menjelma
menjadi sekelompok prajurit kue castangle dengan dipimpin oleh seeorang
pangeran castangle yang sangat rupawan. Di toples sebelahnya pun demikian,
toples-toples itu berubah menjadi sekelompok kue-kue manis dan yang termanis
didalam toples itu bernama Putri Nastaria.
Karena letak toples yang
bersebelahan dan transparan, kue-kue itu selalu berinteraksi tanpa diketahui
oleh siapapun. Mereka hidup. Mereka saling mengagumi satu sama lain, sampai
bertemulah pangeran Castangle dan Putri Nastaria.
Pangeran Castangle sangat mengumi
bentuk putri Nastaria yang bulat-bulat imut, sedangkan Putri Nastaria
mengagumi kemungilan bentuk pangeran Castangle. Bila malam tiba, pangeran
Castangle dan Putri Nastaria sering keluar dari tempat toples transparan.
Mengitari rumah dan saling berkejaran, mereka tampak sangat bahagia. Karena
kebersamaan setiap malam yang selalu mereka lalui tersebut, mereka pun jatuh
cinta. Bila siang hari tiba, mereka hanya bisa saling berpandangan dari balik
kaca toples yang transparan.
***
Di siang yang cukup terik, Isni
tersadar akan hari pengumpulan sayembara kue la’lebaran yang sudah tinggal satu
hari lagi. Ia pun segera memberi tahu ibunya untuk selalu memantau bentuk
kue-kue buatannya, memastikan apakah bentuk kue rusak atau tidak. Isni dan
ibunya pun sudah mulai berencana akan mengumpulkan toples-toples kue itu pada
awak kerajaan La’Lebaran esok hari.
Mendengar percakapan antara Isni
dan ibunya, pangeran Castangle dan putri Nastaria kanget bukan kepalang. Besok
mereka akan dikumpulkan pada awak kerajaan untuk dimakan oleh ratu Merindush.
Pangeran Castangle dan putri Nastaria mulai khawatir. Didalam tolpes, keduanya
saling menatap nanar dan khawatir akan nasib mereka selanjtnya. Pangeran
Castangle tidak ingin putri Nastaria masuk kedalam gua mulut ratu Merindush dan
mengunyahnya hingga melebur masuk ke kerongkongan, begitupun dengan khayalan
Nastria. Membayangkan hal tersebut, pangeran Castangle dan putri Nastaria
memutuskan untuk bertemu dimalam hari.
Sayang, menjelang petang, ibu
Isni menyolatip tolpes yang berisikan kue Cangtangle dan kue Nastar. Pangeran
Castangle dan putri Nastaria semakin waswas tidak akan bisa bermain dan
berjalan bersama lagi dengan Nastaria. Mereka takut kehilangan satu sama lain.
Mereka galau. Bagaimanakah nasib mereka esok hari? Akankah mereka bertemu
kembali setelah sayembara tersebut?
***
Hari agung yang ditunggu pun
tiba. Isni dan Ibunya pergi menuju istana La’Lebaran sembari membawa dua buah
tolpes transparan yang berisikan kue castangle dan nastar. Hati Isni dan ibunya
berdetak begitu kencang, begitupun dua buah kue didalamnya; Castangle dan
Nastaria. Dari balik tolpes, keduanya saling melambaikan tangan dan memberi
isyarat pertanda saling menguatkan. Setibanya di istana La’Lebaran, Isni dan
Ibunya langsung menyerahkan kedua toples tersebut pada awak istana. Mereka
menunggu di aula Barat untuk menyaksikan ratu Merindush melaksanakan hobinya;
makan kue.
Setelah menunggu sekitar dua jam,
akhirnya acara penjurian sayembara kue pun dibuka oleh ratu Merindush. Ia mulai
mencicipi satu persatu kue yang mengikuti sayembara. Pangeran Castangle dan
putri Nastaria pun berdoa agar keduanya tidak menjadi target untuk menjadi
kudapan. Perlahan tapi pasti, ratu Merindush pun sudah mencicipi masing-masing
toples para peserta sayembara La’Lebaran dan kini ia mulai tertarik dengan
toples kue yang bertuliskan ‘Isni dan ibu’. Tanpa ba-bi-bu lagi, ratu Merindush
yang sangat menggilai makan kue ini langsung membuka solatip yang merekati
tolpes milik Isni dan ibunya tersebut. Tangan Isni dan Ibunya mulai dibanjiri
keringat dan perasaan Castangle dan Nastaria makin tak karuan.
Ratu Merindush mulai mengambil
sebutir kue nastar, satu teman Castangle Nastaria berhasil menjadi kudapan ratu
Merindush. Untuk sementara pangeran Castangle dan putri Nastaria aman. Ratu
Merindush mengunyahnya dengan seksama, sembari MENGAMATI cita rasa kue buatan
Isni dan ibunya tersebut. Dari raut wajah ratu Merindush, terlihat ia sangat
menyukai kue nastar dan castangle buatan Isni dan ibunya. Hal tersebut tampak
dari ekspresi wajahnya yang sumringah. “Wow, lezat sekali”, katanya.
Tiba-tiba pandangan ratu
Merindush pun tertuju pada dua buah kue pada masing-masing toples milik Isni
dan Ibunya, yang tiada lain dan tiada bukan adalah sosok pangeran Castangle dan
putri Nastaria. Ia menatap kedua kue itu dengan begitu dalam. Ia merasakan
seperti ada sesuatu dengan kedua kue tersebut. Seperti tampak istimewa dan
sangat sayang untuk menjadi kudapan. Ratu Merindush pun memisahkan Nastaria dan
Castangle kedalam sebuah tempat khusus bewarna putih bersih.
Karena penasaran dengan kue
tersebut, ratu Merindush memanggil Isti dan ibunya keatas podium. Isti dan
ibunya kaget, mereka bertanya-tanya dalam hati ada apakah gerangan ratu
Merindush memanggil mereka keatas podium. Dengan langkah yang tersendat, Isti dan
ibunya pun mengampiri ratu Merindush. Dengan kedua toples masih ditangan dan
intonasi suara yang tegas Ratu Merindush bertanya, “benarkah kue itu buatan
kalian berdua wahai rakyatku?”.
Dengan terbata-bata Isti menjawab
pertanyaan ratu Merindush, “benar ratu yang agung, kue ini buatan kami berdua.
Kami membuatnya dengan penuh kasih sayang dan keakraban antara seorang ibu dan
anak. Kami berdua sangat gemar membuat dan memakan kue ini”.
Ratu Merindush tersenyum, senyum
seribu makna. Dan dengan rasa penasaran yang begitu kuat, ia bertanya lagi
“kalau boleh tahu, dari mana kalian mendapatkan resep kue selezat ini?”
“kami membuatnya berdasarkan apa
yang tertulis dalam kitab kirakira, yang Mulia Ratu Merinduh.” kali ini ibu
Isti yang menjawab.
Ada senyum sumringah terpancar
dari wajah ratu Merindush “perfecto! Itu adalah kitab resep yang selama ini
saya cari. Kue ini sungguh luar biasa lezat. Kue yang dibuat berdasarkan kitab
tersebut tidak akan pernah diragukan lagi rasanya.” Pernyataan rau Merindush
tersebut membuat Ini dan ibunya merasa sangat bahagia karena kue nya disukai
oleh ratu Merindush.
“Oooh lihatlah ini Isti, dua buah
kue ini.. aaah aku sangat tertarik. Kue ini seperti memancarkan kebahagiaan dan
kasih sayang dan jugaaa seperti hidup. Aku melihatnya seperti berkilauan.
Baiklah, aku tetapkan kedua kue nastar dan castangle ini akan diabadikan
sebagai mascot kue kerajaan La’Lebaran dan kalian adalah pemenangnya.” Kemudian
Ratu Merindush pun menjabat hangat tangan Isti dan Ibunya. Seluruh peserta di aula
Barat istana La’Lebaran pun bersorak dan bertepuk tangan dengan riuhnya.
Dalam keriuhan acara tersebut,
Ratu Merindush mengambil mic dan menyampaiakan sesuatu.
“sebenarnya resep utama kelezatan
kue ini bersumber dari kesungguhan Isti dan ibunya dalam membuat kue. Cinta dan
kasih sayang mereka tertuang dalam kedua kue berbahan nanas dan keju ini.
Percayalah, segala sesuatu yang dibuat dengan cinta dan kasih sayang, hasilnya
tentu akan terasa sangat istimewa” refleks, para rakyat La’Lebaran pun berdiri
dan tepuk tanganpun semakin riuh dan membahana.
Pangeran Castangle dan putri
Nastaria pun sangat berlega hati dengan pernyataan Ratu Merindush tersebut.
Mereka tidak akan menjadi kudapan dan akan selalu tetap bersama karena mereka
akan menjadi mascot kerajaan kue La’Lebaran. Mereka akan hidup dalam toples
kerajaan. Berdua. Selamanya.