Sabtu, 21 Mei 2011

Ngutip #2

Akan tiba masa dimana kalian dihadang badai dalam hidup. Bisa badai di luar diri kalian, bisa badai dalam diri kalian. Hadapilah dengan tabah dan sabar, jangan lari, badai pasti berlalu.
Badai paling dahsyat dalam sejarah manusia adalah badai jiwa, badai rohani dan badai hati. Inilah badai dalam menemukan perjalanan menemukan dirinya yang sejati. Inilah badai yang bisa membongkar dan mengempaskan iman, logika, kepercayaan diri, dan tujuan hidup. Akibat badai ini bisa lebih hebat dari badai ragawi. Menangilah badai rohani dengan iman dan sabar, kalian akan menjinakan dunia dan akhirat.
Bila badai datang. Hadapi dengan iman dan sabar. Laut tenang ada untuk dinikmati dan disyukuri. Sebaliknya, laut badai ada untuk ditaklukan, bukan ditangisi. Bukankah karakter pelaut andal ditatah oelh badai yang silih berganti ketika melintas lautan tak bertepi? (Ahmad Fuadi, Ranah 3 Warna : 467)

Hidupku selama ini membuat aku insyaf untuk menjinakan badai hidup,”mantra” man jadda wa jadda ternyata tidak cukup sakti. Antara sungguh-sunggu dan sukses itu tidak bersebelahan, tapi ada jarak. Jarak ini bisa hanya satu sendimeter, tapi bisa juga ribuan kilometer. Jarak ini bisa ditemppuh dalam hitungan detik, tapi juga bisa puluhan tahun.
Jarak antara sungguh-sungguh dan sukses hanya bisa diisi sabar. Sabar yang aktif, sabar yang gigih, sabar yang tidak menyerah, sabar yang penuh pangkal sampai ujung yang paling ujung. Sabar yang bisa membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, bahkan seakan-akan itu sebuah keajaiban dan keberuntungan. Padahal keberuntungan adalah hasil kerja keras, doa dan sabar yang berlebih-lebih.
Bagaimanapun tingginya impian, dia tetap wajib dibela habis-habisan walau hidup sudah digelung nestapa akut. Hanya dengan sungguh-sungguh jalan sukses terbuka. Tapi hanya dengan sabarlah takdi itu terkuak menjadi nyata. Dan Tuhan selalu memilihkan jalan terbaik dan paling kita butuhkan. Itulah hadiah Tuhan buat hati yang kukuh dan sabar.
Sabar itu awalnya terasa pahit, tetapi akhirnya lebih manis daripada madu dan ingatlah sebuah mantera mujarab “man shabara zhafira” siapa yang bersabar akan beruntung. (Ahmad Fuadi, Ranah 3 Warna : 469)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar